LPKS Ulil-AlbabKota Tasikmalaya membutuhkan 1,6 ton jamur tiram setiap harinya. Dari kebutuhan itu, petani lokal baru mampu memasok sekitar 300 kg per hari. Selebihnya masih didatangkan dari luar daerah, terutama dari Bandung dan Subang.
Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sukapura Tasikmalaya, Yuyun Suyud (Abah Uyun), mengungkapkan hal tersebut, saat ditemui di sentra pertanian jamur tiram di Kampung Sumur Gede, Kelurahan Gunung Gede, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya, Selasa (11/6/2013).
"Peluang usaha jamur tiram di Kota Tasikmalaya masih terbuka lebar. Petani kita baru mampu memasok 300 kilo dari total kebutuhan jamur tiram 1,6 ton setiap harinya," kata Abah Uyun.
Saat ini berbagai upaya intensifikasi terus dilakukan untuk meningkatkan produksi. Pasokan 300 kg jamur tiram tersebut dipasok dari tiga petani jamur tiram yang ada di Kota Tasikmalaya. Salah satunya di Kampung Sumur Gede. Jamur dipasok setiap harinya ke Pasar Induk Cikurubuk untuk disebar kembali ke seluruh pasar yang ada di wilayah kota.
"Yang menekuni usaha jamur tiram ini memang baru tiga petani saja. Padahal peluang pasarnya masih sangat tinggi. Kami terus berupaya mendorong petani lainnya agar mau menangkap peluang usaha ini, demi meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri," papar Abah Uyun.
Salah seorang petani jamur tiram, Oman Abd Rohman (57), menuturkan, setiap satu log jamur tiram bisa dipanen hingga enam kali dalam tempo dua cbulan. Dari empat log bisa menghasilkan 1 kg jamur dengan harga Rp 9.000 di tingkat petani. Jika petani memiliki 100 log, maka sekali panen menghasilkan 25 kg jamur dengan harga kotor Rp 241.000. Sementara modal dari satu log hanya membutuhkan dana Rp 2000.
"Dengan mengeluti usaha jamur tiram sejak belasan tahun ke belakang, Alhamdulillah bisa menyekolahkan anak-anak dan masih punya bekal untuk hari tua kelak," kata Oman.
Lurah Gunung Gede, Komar, mengungkapkan, Oman praktis menjadi satu-satunya petani jamur tiram di wilayahnya. "Mungkin karena perlu ketelatenan, sehingga usaha jamur ini kurang diminati warga. Terlebih sebagian besar perekonomian di sini ditopang oleh usaha bordir," ujarnya. (jpnn)
Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sukapura Tasikmalaya, Yuyun Suyud (Abah Uyun), mengungkapkan hal tersebut, saat ditemui di sentra pertanian jamur tiram di Kampung Sumur Gede, Kelurahan Gunung Gede, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya, Selasa (11/6/2013).
"Peluang usaha jamur tiram di Kota Tasikmalaya masih terbuka lebar. Petani kita baru mampu memasok 300 kilo dari total kebutuhan jamur tiram 1,6 ton setiap harinya," kata Abah Uyun.
Saat ini berbagai upaya intensifikasi terus dilakukan untuk meningkatkan produksi. Pasokan 300 kg jamur tiram tersebut dipasok dari tiga petani jamur tiram yang ada di Kota Tasikmalaya. Salah satunya di Kampung Sumur Gede. Jamur dipasok setiap harinya ke Pasar Induk Cikurubuk untuk disebar kembali ke seluruh pasar yang ada di wilayah kota.
"Yang menekuni usaha jamur tiram ini memang baru tiga petani saja. Padahal peluang pasarnya masih sangat tinggi. Kami terus berupaya mendorong petani lainnya agar mau menangkap peluang usaha ini, demi meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri," papar Abah Uyun.
Salah seorang petani jamur tiram, Oman Abd Rohman (57), menuturkan, setiap satu log jamur tiram bisa dipanen hingga enam kali dalam tempo dua cbulan. Dari empat log bisa menghasilkan 1 kg jamur dengan harga Rp 9.000 di tingkat petani. Jika petani memiliki 100 log, maka sekali panen menghasilkan 25 kg jamur dengan harga kotor Rp 241.000. Sementara modal dari satu log hanya membutuhkan dana Rp 2000.
"Dengan mengeluti usaha jamur tiram sejak belasan tahun ke belakang, Alhamdulillah bisa menyekolahkan anak-anak dan masih punya bekal untuk hari tua kelak," kata Oman.
Lurah Gunung Gede, Komar, mengungkapkan, Oman praktis menjadi satu-satunya petani jamur tiram di wilayahnya. "Mungkin karena perlu ketelatenan, sehingga usaha jamur ini kurang diminati warga. Terlebih sebagian besar perekonomian di sini ditopang oleh usaha bordir," ujarnya. (jpnn)