Petani Boyolali Berhasil Budidaya Singkong Berat 75 Kg

Budidaya : Ada saja inovasi yang dilakukan para petani sebagai penjaga gawang ketahanan pangan di Indonesia. Kali ini inovasi datang dari petani Desa Kaligentong, Kecamatan Ampel, Boyolali.



Akhir pekan lalu, salah seorang petani di desa tersebut, Suharno, 50, menunjukkan hasil budidaya singkong dengan ukuran jumbo. Tak tanggung-tanggung, satu pohon singkong bisa menghasilkan umbi dengan berat hingga 75 kilogram. Ukurannya bisa mencapai puluhan kali lipat singkong biasa.

“Berat 75 kilogram itu dengan masa tanam sekitar 9 bulan. Sejak usia 4 bulan, berat singkong sudah mencapai kisaran 15 kilogram. Sementara kalau singkong biasa, dengan masa tanam yang sama biasanya berat umbinya hanya sekitar 2-5 kilogram,” kata Suharno, saat ditemui wartawan, di sela-sela Sosialisasi Budidaya Singkong yang diselenggarakan Koramil Ampel, akhir pekan lalu.

Budidaya singkong raksasa memang tak dilakukan sendirian. Selama ini Suharno mendapat pendampingan dari anggota TNI khususnya anggota TNI Koramil Ampel. Menurut dia, untuk mewujudkan budidaya singkong raksasa itu tidak mudah. Butuh waktu delapan tahun untuk melakukan percobaan. “Sekarang singkong ini kami beri nama Singkong Indonesia.”

Singkong Indonesia
Singkong Indonesia, jelas dia, adalah hasil percangkokan singkong jenis marina dengan singkong karet tegak merah. Ada beberapa keunggulan dari Singkong Indonesia.

Cara menanamnya sangat mudah yakni hanya dengan sistem stek. “Tidak perlu okulasi atau cangkok. Cukup dengan cara stek.”

Keunggulan lainnya adalah singkong raksasa lebih kebal terhadap hama, perawatannya mudah, dan tekstur umbi lebih lunak. “Rasanya juga sangat gurih, sedikit ada rasa seperti mentega.”

Seperti halnya singkong yang lainnya, Singkong Indonesia juga mudah untuk diolah menjadi beragam jenis makanan olahan, seperi keripik, getuk, tape, bahan sayur pengganti kentang, tepung, dan lain-lain.

“Selama 8 tahun mencoba membudidaya singkong raksasa,  sudah tercipta sekitar 305 jenis makanan olahan, dan pernah masuk rekor Muri,” imbuh dia.

Namun sayangnya, budidaya singkong ini rupanya belum banyak direspons oleh pemerintah. Akibatnya, pengembangan budidaya Singkong Indonesia di Boyolali kurang moncer. Suharno tetap berusaha mengembangkan budidaya singkong jumbo ini ke luar daerah, seperti Magelang dan Gunung Kidul.

Sementara itu, Dandim 0724/ Boyolali, Letkol (Kav) Topri Daeng Balaw, melalui Danramil Ampel, Kapten (Arm) Suroto, memfasilitasi dan bimbingan kepada petani di Kaligentong merupakan bagian dari upaya TNI dalam mewujudkan swasembada pangan di Indonesia.

“Singkong adalah bahan pangan utama pengganti beras. Kami sangat mendukung program swasebada pangan sehingga kami bersama petani di Kaligentong berusaha mengembangkan budidaya singkong “raksasa” ini,” kata Suroto.

Menurut dia, potensi ini harus digarap serius karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Selain itu, taraf hidup petani dengan budidaya singkong unik tersebut diharapkan lebih meningkat.(solopos)