Guru besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang, Sukoso, meramu pelet pakan ikan yang mampu meningkatkan kandungan protein ikan. Pelet baru dari laboratorium di Desa Sumberpasir, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur, itu juga bisa mengatasi impor bahan baku pelet umumnya.
Sukoso menerangkan, dengan pelet bikinannya, kandungan protein ikan bisa melonjak hingga 60 persen dari umumnya 15 persen. Caranya, dia mengungkapkan, dengan penggunaan pelet yang terbuat dari limbah perikanan itu sendiri, yakni kepala ikan, kepala udang, sampai eceng gondok.
“Aman dan halal karena umumnya pelet terbuat dari feses atau kotoran ayam yang bisa membawa bakteri salmonela dan E. coli,” kata Sukoso, Selasa, 16 Februari 2016.
Pelet, kata dia, sudah melalui tahap uji. Harapannya, lewat pemberian pelet temuannya itu, ikan juga akan lebih menyehatkan jika dikonsumsi manusia. “Ide membuat pelet ini memang setelah melihat pelet umumnya menggunakan bahan tak sehat,” ujar Sukoso.
Selain lebih sehat untuk ikan dan juga manusia yang mengkonsumsinya, Sukoso meyakinkan biaya produksi pelet di laboratoriumnya jauh lebih murah. Selain memanfaatkan limbah, pelet bikinannya adalah alternatif untuk pelet umumnya yang menggunakan tepung ikan.
Tepung ikan sebagai sumber protein yang dibutuhkan ikan selama ini diperoleh dengan diimpor. Penggunaan bahan baku itu juga menjadikan bahan pelet harus bersaing dengan sumber pangan.
Lewat teknik yang digunakannya pula, Sukoso mengklaim mampu membuat pelet mengapung, sehingga tak terbuang sia-sia dengan menumpuk di dasar tambak. Total, Sukoso meyakinkan, “Keuntungan petani budi daya ikan bakal melonjak hingga 40 persen.”
Sukoso menerangkan, dengan pelet bikinannya, kandungan protein ikan bisa melonjak hingga 60 persen dari umumnya 15 persen. Caranya, dia mengungkapkan, dengan penggunaan pelet yang terbuat dari limbah perikanan itu sendiri, yakni kepala ikan, kepala udang, sampai eceng gondok.
“Aman dan halal karena umumnya pelet terbuat dari feses atau kotoran ayam yang bisa membawa bakteri salmonela dan E. coli,” kata Sukoso, Selasa, 16 Februari 2016.
Pelet, kata dia, sudah melalui tahap uji. Harapannya, lewat pemberian pelet temuannya itu, ikan juga akan lebih menyehatkan jika dikonsumsi manusia. “Ide membuat pelet ini memang setelah melihat pelet umumnya menggunakan bahan tak sehat,” ujar Sukoso.
Selain lebih sehat untuk ikan dan juga manusia yang mengkonsumsinya, Sukoso meyakinkan biaya produksi pelet di laboratoriumnya jauh lebih murah. Selain memanfaatkan limbah, pelet bikinannya adalah alternatif untuk pelet umumnya yang menggunakan tepung ikan.
Tepung ikan sebagai sumber protein yang dibutuhkan ikan selama ini diperoleh dengan diimpor. Penggunaan bahan baku itu juga menjadikan bahan pelet harus bersaing dengan sumber pangan.
Lewat teknik yang digunakannya pula, Sukoso mengklaim mampu membuat pelet mengapung, sehingga tak terbuang sia-sia dengan menumpuk di dasar tambak. Total, Sukoso meyakinkan, “Keuntungan petani budi daya ikan bakal melonjak hingga 40 persen.”