Di antara berbagai macam bumbu dapur yang ada, bawang putih (Allium sativum) adalah yang paling populer. Tanaman yang masuk famili Liiliaceae ini, selain memiliki peran penting dalam mempengaruhi cita rasa masakan, juga memiliki kegunaan untuk pengobatan, seperti obat untuk tekanan darah tinggi, sakit gigi, influenza, reumatik, digigit ular, dan lain sebagainya.
Bawang putih juga merupakan komoditas potensial untuk pasar impor. Dengan harga yang relatif stabil, bercocok tanam bawang putih merupakan salah satu prospek yang harus dilirik oleh para petani, mengingat terbatasnya jumlah petani yang membudidayakan tanaman bawang putih.
JENIS-JENIS BAWANG PUTIH
Jenis bawang putih diyakini hanya satu, tetapi memang bawang putih di Indonesia memiliki berbagai varian nama, seperti di Jawa terdapat nama bawang bodas (Sunda), bawang (Jawa), babang pole (Madura). Di Sumatera terdapat nama bawang putih (Melayu), lasun (Aceh), dasun (Minangkabau), Lasuna (Batak), bacong landak (Lampung). Di Kalimantan terdapat nama bawang kasihong (Dayak), di Sulawesi terdapat nama lasuna kebo (Makasar), lasuna pote (Bugis), Pia Moputi (Gorontalo), dan terakhir di Nusa Tenggara terdapat nama Incuna. Nama-nama tersebut hanya nama lain dan tidak sedikit pun memiliki jenis yang berbeda.
Terbatasnya jumlah petani yang bercocok tanam bawang putih tersebut, disebabkan keterbatasan varietas bawang putih itu sendiri. Saat ini, varietas yang tersedia hanya cocok untuk ditanam di dataran tinggi (> 800 m dpl). Padahal masih cukup banyak varietas bawang putih yang dapat tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah.
Cara Menanam Bawang Putih
Untuk membudidayakan tanaman bawang putih, sebenarnya tidak begitu sulit. Tahapan-tahapan yang harus diperhatikan diantaranya adalah:
Persiapan Lahan,
Penanaman,
Pemupukan,
Pemulsaan,
Pengairan,
Pemeliharaan,
Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan,
serta Penanganan pada masa Panen dan Pasca Panen.
Berikut penjelasan cara menanam bawang putih yang benar lebih lengkapnya:
1. Persiapan lahan
Tanah yang disukai tanaman bawang putih adalah tipe tanah bertekstur lempung berpasir dan struktur tanah gembur dengan pH 5,5-7. Di atas tanah seperti inilah tanaman bawang putih dibudidayakan dengan terlebih dahulu melakukan pembukaan lahan. Caranya dengan membersihkan sisa-sisa tanaman yang ada di dalam atau di atas permukaan tanah lewat pembajakan sedalam 20-30 cm.
Pembajakan dilakukan dengan intensitas sebanyak 2-3 kali dalam satu minggu. Selanjutnya dibuat bedengan selebar 60-150 cm dan tinggi 20-50 cm. Sedang untuk panjang bedengan disesuaikan dengan luasnya lahan. Tidak lupa dibuatkan parit di antara bedengan untuk irigasi dengan lebar 30-40 cm. Kedalaman parit itu sendiri tergantung dari keadaan musim. Pada musim hujan misalnya, harus dibuatkan parit yang lebih dalam.
2. Penanaman
Dalam proses penanaman, umbi bibit yang digunakan harus memiliki ukuran yang seragam. Umbi tersebut ditanam dengan kedalaman 2-3 cm. Untuk jarak tanam dapat disesuaikan dengan ukuran siung yang digunakan, misalnya jika bobot siung lebih berat dari 1,5 gram maka jarak tanamnya 20 cm X 20 cm, atau bila bobot siung lebih ringan dari 1,5 gram, maka jarak tanamnya 15 cm x 15 cm atau 15 cm x 10 cm. Untuk kebutuhan bibit, di setiap satu hektar lahan dibutuhkan sekitar 1.600 kg jika berat siung bibit 3 gram, tapi jika berat siung bibit 1 gram maka dibutuhkan 670 kg.
3. Pemupukan
Pupuk yang digunakan untuk budidaya tanaman bawang putih terdiri atas pupuk organik dan pupuk non-organik. Untuk pupuk organik berupa pupuk kandang ayam dengan dosis 10-20 ton/ha atau pupuk kandang kambing dengan dosis 30 ton/ha. Sementara dosis untuk pupuk non-organik, per hektarnya adalah 200 kg N, 180 kg P2O5, 60 kg K2O dan 142 kg S. Pupuk nitrogen digunakan 3 kali selama pertumbuhan, yaitu pada saat tanam, saat pembentukan tunas dan saat pembentukan umbi.
Untuk pupuk fosfor dan kalium diberikan bersamaan dengan pupuk kandang pada waktu tanam. Untuk meningkatkan kualitas dan hasil umbi, dapat diberikan pupuk kimia cair (unsur mikro), seperti Sitozim dengan konsentrasi 0,25% yang disemprotkan pada daun, Massmikro dengan konsentrasi 200 ppm, dan Hipron sebanyak 2 kali dengan konsentrasi 2 ml/l.
4. Pemulsaan
Pemulsaan dilakukan pada musim kemarau, karena jika pada musim hujan dapat menyebabkan kelembaban tanah terlalu tinggi sehingga kurang baik bagi kehidupan tanaman. Mulsa itu sendiri berupa jerami padi atau sisa-sisa tanaman yang telah mati, dan jangan menggunakan mulsa dari bahan plastik, karena dapat meningkatkan suhu tanah di sekitar perakaran yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
5. Pengairan
Untuk mengairi tanaman bawang putih dapat dilakukan dengan cara menggenangi parit di antara bedengan. Frekuensinya tergantung dari umur tanaman. Untuk awal pertumbuhan misalnya, pemberian air dilakukan 2-3 hari sekali, sedang pada masa pembentukan tunas sampai pembentukan umbi pengairan dilakukan 7-15 hari sekali., Pengairan baru dihentikan pada saat pembentukan umbi maksimal atau 10 hari menjelang panen.
3. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman bawang putih dilakukan dengan menyiangi gulma serta perbaikan bedengan dengan selang waktu 20-30 hari. Frekuensi penyiangan gulma tersebut dapat ditambah jika laju pertumbuhan gulma cukup pesat. Ketika tanaman bawang putih masuk fase generatif, penyiangan tidak lagi dilakukan karena dapat mengganggu proses pembentukan dan pembesaran umbi.
4. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang menyerang tanaman bawang putih, terbilang cukup banyak. Tercatat ada sekitar 19 OPT, diantaranya adalah
- Thrips tabaci,
- Spodoptera exigua, Fusarium sp,
- Alternaria porii,
- Onion Yellow Dwarf Virus (OYDV), serta yang lainnya.
Pengendalian OPT dapat dilakukan dengan sistem PHT, yaitu lewat penggunaan benih sehat, pengendalian kultur teknis, musuh alami,, penggunaan perangkap, sanitasi, dan pestisida sesuai ambang pengendalian.
8. Penanganan Masa Panen dan Pascapanen
Waktu panen dari tanaman bawang putih tergantung dari varietasnya, tapi waktu rata-rata yang dibutuhkan sejak masa tanam hingga waktu panen sekitar 90 – 120 hari. Ciri-ciri dari tanaman yang telah siap panen yaitu:
Terjadinya perubahan warna pada daun, dari hijau menjadi kuning dengan tingkat kelayuan 35-60%. Ketika menjelang panen inilah semua kegiatan pemupukan, pengairan dan penyemprotan pestisida harus dihentikan.
Untuk memanen bawang putih, dilakukan dengan cara mencabut tanaman menggunakan tangan saat cuaca cerah. Hasil produksi yang bisa dipanen mencapai 5,6 sampai 12 ton/ha.
Umbi hasil panen tersebut selanjutnya diikat sebanyak 20-30 rumpun per ikat, dan dijemur sampai batangnya kering yang membutuhhkan waktu sekitar 15 hari. Pengeringan umbi dapat dilakukan dengan cara :
Dijemur di bawah terik matahari, namun dengan menutup umbi menggunakan daunnya agar umbi bawang putih tidak terkena sinar matahari secara langsung.
Pengeringan dapat dilakukan di dalam rak berlapis dengan cara digantung.
Pengeringan dapat pula dilakukan dengan menggunakan metode pengasapan, yakni menempatkan bawang putih di atas para-para yang ada di dapur. Selanjutnya bawang putih tersebut diasapi dengan menggunakan asap yang berasal dari air yang sengaja di masak.
Untuk memperpanjang umur umbi bawang putih, saat dilakukan penyimpanan di gudang dilakukan fumigasi dengan tablet 55% Phostoxin.
MANFAAT DAN KANDUNGAN BAWANG PUTIH
Bawang putih juga merupakan komoditas potensial untuk pasar impor. Dengan harga yang relatif stabil, bercocok tanam bawang putih merupakan salah satu prospek yang harus dilirik oleh para petani, mengingat terbatasnya jumlah petani yang membudidayakan tanaman bawang putih.
JENIS-JENIS BAWANG PUTIH
Jenis bawang putih diyakini hanya satu, tetapi memang bawang putih di Indonesia memiliki berbagai varian nama, seperti di Jawa terdapat nama bawang bodas (Sunda), bawang (Jawa), babang pole (Madura). Di Sumatera terdapat nama bawang putih (Melayu), lasun (Aceh), dasun (Minangkabau), Lasuna (Batak), bacong landak (Lampung). Di Kalimantan terdapat nama bawang kasihong (Dayak), di Sulawesi terdapat nama lasuna kebo (Makasar), lasuna pote (Bugis), Pia Moputi (Gorontalo), dan terakhir di Nusa Tenggara terdapat nama Incuna. Nama-nama tersebut hanya nama lain dan tidak sedikit pun memiliki jenis yang berbeda.
Terbatasnya jumlah petani yang bercocok tanam bawang putih tersebut, disebabkan keterbatasan varietas bawang putih itu sendiri. Saat ini, varietas yang tersedia hanya cocok untuk ditanam di dataran tinggi (> 800 m dpl). Padahal masih cukup banyak varietas bawang putih yang dapat tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah.
Cara Menanam Bawang Putih
Untuk membudidayakan tanaman bawang putih, sebenarnya tidak begitu sulit. Tahapan-tahapan yang harus diperhatikan diantaranya adalah:
Persiapan Lahan,
Penanaman,
Pemupukan,
Pemulsaan,
Pengairan,
Pemeliharaan,
Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan,
serta Penanganan pada masa Panen dan Pasca Panen.
Berikut penjelasan cara menanam bawang putih yang benar lebih lengkapnya:
1. Persiapan lahan
Tanah yang disukai tanaman bawang putih adalah tipe tanah bertekstur lempung berpasir dan struktur tanah gembur dengan pH 5,5-7. Di atas tanah seperti inilah tanaman bawang putih dibudidayakan dengan terlebih dahulu melakukan pembukaan lahan. Caranya dengan membersihkan sisa-sisa tanaman yang ada di dalam atau di atas permukaan tanah lewat pembajakan sedalam 20-30 cm.
Pembajakan dilakukan dengan intensitas sebanyak 2-3 kali dalam satu minggu. Selanjutnya dibuat bedengan selebar 60-150 cm dan tinggi 20-50 cm. Sedang untuk panjang bedengan disesuaikan dengan luasnya lahan. Tidak lupa dibuatkan parit di antara bedengan untuk irigasi dengan lebar 30-40 cm. Kedalaman parit itu sendiri tergantung dari keadaan musim. Pada musim hujan misalnya, harus dibuatkan parit yang lebih dalam.
2. Penanaman
Dalam proses penanaman, umbi bibit yang digunakan harus memiliki ukuran yang seragam. Umbi tersebut ditanam dengan kedalaman 2-3 cm. Untuk jarak tanam dapat disesuaikan dengan ukuran siung yang digunakan, misalnya jika bobot siung lebih berat dari 1,5 gram maka jarak tanamnya 20 cm X 20 cm, atau bila bobot siung lebih ringan dari 1,5 gram, maka jarak tanamnya 15 cm x 15 cm atau 15 cm x 10 cm. Untuk kebutuhan bibit, di setiap satu hektar lahan dibutuhkan sekitar 1.600 kg jika berat siung bibit 3 gram, tapi jika berat siung bibit 1 gram maka dibutuhkan 670 kg.
3. Pemupukan
Pupuk yang digunakan untuk budidaya tanaman bawang putih terdiri atas pupuk organik dan pupuk non-organik. Untuk pupuk organik berupa pupuk kandang ayam dengan dosis 10-20 ton/ha atau pupuk kandang kambing dengan dosis 30 ton/ha. Sementara dosis untuk pupuk non-organik, per hektarnya adalah 200 kg N, 180 kg P2O5, 60 kg K2O dan 142 kg S. Pupuk nitrogen digunakan 3 kali selama pertumbuhan, yaitu pada saat tanam, saat pembentukan tunas dan saat pembentukan umbi.
Untuk pupuk fosfor dan kalium diberikan bersamaan dengan pupuk kandang pada waktu tanam. Untuk meningkatkan kualitas dan hasil umbi, dapat diberikan pupuk kimia cair (unsur mikro), seperti Sitozim dengan konsentrasi 0,25% yang disemprotkan pada daun, Massmikro dengan konsentrasi 200 ppm, dan Hipron sebanyak 2 kali dengan konsentrasi 2 ml/l.
4. Pemulsaan
Pemulsaan dilakukan pada musim kemarau, karena jika pada musim hujan dapat menyebabkan kelembaban tanah terlalu tinggi sehingga kurang baik bagi kehidupan tanaman. Mulsa itu sendiri berupa jerami padi atau sisa-sisa tanaman yang telah mati, dan jangan menggunakan mulsa dari bahan plastik, karena dapat meningkatkan suhu tanah di sekitar perakaran yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
5. Pengairan
Untuk mengairi tanaman bawang putih dapat dilakukan dengan cara menggenangi parit di antara bedengan. Frekuensinya tergantung dari umur tanaman. Untuk awal pertumbuhan misalnya, pemberian air dilakukan 2-3 hari sekali, sedang pada masa pembentukan tunas sampai pembentukan umbi pengairan dilakukan 7-15 hari sekali., Pengairan baru dihentikan pada saat pembentukan umbi maksimal atau 10 hari menjelang panen.
3. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman bawang putih dilakukan dengan menyiangi gulma serta perbaikan bedengan dengan selang waktu 20-30 hari. Frekuensi penyiangan gulma tersebut dapat ditambah jika laju pertumbuhan gulma cukup pesat. Ketika tanaman bawang putih masuk fase generatif, penyiangan tidak lagi dilakukan karena dapat mengganggu proses pembentukan dan pembesaran umbi.
4. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang menyerang tanaman bawang putih, terbilang cukup banyak. Tercatat ada sekitar 19 OPT, diantaranya adalah
- Thrips tabaci,
- Spodoptera exigua, Fusarium sp,
- Alternaria porii,
- Onion Yellow Dwarf Virus (OYDV), serta yang lainnya.
Pengendalian OPT dapat dilakukan dengan sistem PHT, yaitu lewat penggunaan benih sehat, pengendalian kultur teknis, musuh alami,, penggunaan perangkap, sanitasi, dan pestisida sesuai ambang pengendalian.
8. Penanganan Masa Panen dan Pascapanen
Waktu panen dari tanaman bawang putih tergantung dari varietasnya, tapi waktu rata-rata yang dibutuhkan sejak masa tanam hingga waktu panen sekitar 90 – 120 hari. Ciri-ciri dari tanaman yang telah siap panen yaitu:
Terjadinya perubahan warna pada daun, dari hijau menjadi kuning dengan tingkat kelayuan 35-60%. Ketika menjelang panen inilah semua kegiatan pemupukan, pengairan dan penyemprotan pestisida harus dihentikan.
Untuk memanen bawang putih, dilakukan dengan cara mencabut tanaman menggunakan tangan saat cuaca cerah. Hasil produksi yang bisa dipanen mencapai 5,6 sampai 12 ton/ha.
Umbi hasil panen tersebut selanjutnya diikat sebanyak 20-30 rumpun per ikat, dan dijemur sampai batangnya kering yang membutuhhkan waktu sekitar 15 hari. Pengeringan umbi dapat dilakukan dengan cara :
Dijemur di bawah terik matahari, namun dengan menutup umbi menggunakan daunnya agar umbi bawang putih tidak terkena sinar matahari secara langsung.
Pengeringan dapat dilakukan di dalam rak berlapis dengan cara digantung.
Pengeringan dapat pula dilakukan dengan menggunakan metode pengasapan, yakni menempatkan bawang putih di atas para-para yang ada di dapur. Selanjutnya bawang putih tersebut diasapi dengan menggunakan asap yang berasal dari air yang sengaja di masak.
Untuk memperpanjang umur umbi bawang putih, saat dilakukan penyimpanan di gudang dilakukan fumigasi dengan tablet 55% Phostoxin.
MANFAAT DAN KANDUNGAN BAWANG PUTIH
Bawang putih terbukti mengandung minyak atsiri yang bersifat anti bakteri dan antiseptik juga allicin dan aliin. Selain itu mengandung juga kalsium, saltivine, diallysulvide, alilprofil-disulfida, protein, lemak, fosfor, zat besi, vitamin A, B1, dan C.
Kesemuanya itu membuat bawang putih memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, di antaranya: menyuburkan rambut, membersihkan jerawat, mencegah kerutan di wajah, mencegah dan mengobati flu, mengatasi penyakit kulit, mengontrol berat badan, menyembuhkan luka serpihan, mengobati kaki atlet, menyembuhkan sariawan, sebagai penawar penyakit darah tinggi, mengobati kencing manis, mengobati penyakit asma, mengobati sakit kepala, mengobati sakit kuning, mengobati penyakit ambeien dan sembelit, dan mengobati insomnia. Selain itu, bawang putih juga terbukti bermanfaat untuk kegiatan sehari-hari misalnya, bisa digunakan sebagai lem alami, membersihkan jalanan dari timbunan salju, melindungi tanaman, dan mendapatkan banyak ikan.